Hasil Post-Test
Account Officer Development Program
Angkatan 1
Pelatihan : Tgl. 27 April s/d 18 Mei 2024
Post Test : Tgl 18 dan 20 Mei 2024
Fasilitator :
Andreas Ariefianto, SE, MM, AFA, CRBD, CRBC, CDMS
Accredited Financial Analyst dari AAFM, USA
Certified Digital Marketing dari BNSP
Certified Rural Banking Director
Certified Rural Banking Commissioner
Berpengalaman lebih dari 27 tahun di Perbankan
Berpengalaman sebagai Internal Auditor di Bank Umum
Berpengalaman sebagai Direktur dan Komisaris BPR
Banyak memberikan pelatihan di BPR dan Bank Umum di seluruh Indonesia
Pelaksana Post Test :
LKP EMG Learning Center
NPSN : K9998821
SYLABUS MATERI TRAINING adalah sebagai berikut :
PERTEMUAN PERTAMA
- Bank
- Otoritas jasa keuangan
- Bank indonesia
- Lembaga penjamin simpanan
- Ppatk ( pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan )
- Fungsi intermediasi bank
- Produk jasa bpr
- Kredit konsumtif
- Kredit modal kerja
- Kredit investasi
- Tugas account officer
- 10 prinsip pemberian kredit
- Risiko kredit
- Asas perkreditna yang sehat untuk mengurasi risiko
- Etika dalam berkomunikasi
- Komunikasi yang efektif
- Tips agar didengarkan lawan bicara
- Teknik komunikasi dalam penawaran
- Pemilihan kata
- Negotiation skill
- Teknik dasar negosiasi
PERTEMUAN KEDUA
- Tujuan marketing bank
- Sepuluh langkah menjual
- Mendapatkan nasabah baru
- Promosi
- Konsep dasar promosi
- Digital marketing
- Teknik pemasaran di sosial media
- Copywriting
PERTEMUAN KETIGA
- teknik wawancara dan kunjungan ( survey ) yang efektif
- analisa kredit 5 c plus
- analisa kuantitatif ( repayment, proyeksi keuangan, analisa rasio, dll )
- analisa kualitattif ( proses produksi, pemasaran, teknologi, sdm, dll )
- menghitung jumlah kredit yang dibutuhkan debitur
PERTEMUAN KE EMPAT
- Penilaian Agunan
- Aspek Legal dalam Kredit
- Monitoring dan Pembinaan Kredit
- Manajemen Penagihan
- Pengendalian dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
GOAL dari Kegiatan Training ini adalah Peserta Training menjadi Account Officer yang Tangguh, Kompeten dan Produktif.
LKP EMG LC Sebagai Lembaga Pelatihan yang telah memiliki Certified Vocational Training Institutions (BNSP) dan Certified Learning Consultant, menggunakan KirkPatrick Model atau lebih sering disebut dengan 4(Four) Level Model Evaluasi Training Kirkpatrick, untuk mengukur sejauh mana pengaruh suatu pelatihan terhadap seseorang atau dalam hal ini karyawan perusahaan.
Kirkpatrick ialah seorang praktisi pendidikan sekaligus profesor emeritus dari University of Wisconsin. Selain sebagai profesor, Kirpatrik juga merupakan mantan presiden ASTD, organisasi untuk pelatihan dan pengembangan.
Penamaan model tersebut disamakan dengan penemunya yakni bernama lengkap Donald Kirkpatrick. Model penilaian ini sangat berpengaruh pada dunia evaluasi training.
Berikut ini penjelasan mengenai 4 level evaluasi program pelatihan Kirkpatrick.
Level yang Pertama, Reaction (Reaksi)
Tingkatan terbawah pada model evaluasi training Kirkpatrick ialah reaksi atau reaction. Pada tingkatan pertama yaitu reaction, evaluasi dilakukan terhadap bagaimana partisipan training memberikan umpan balik pada kegiatan tersebut. Setiap company yang mengadakan pelatihan tentu berharap agar kegiatan tersebut memberikan pengaruh tersendiri bagi para pesertanya (trainee).
Pelatihan yang diberikan kepada peserta diharapkan mampu menjadikan mereka sebagai individu lebih berguna. Di samping itu, ini juga menilai sejauh mana training yang diberikan membantu para peserta atau karyawan dalam mengembangkan diri mereka melalui berbagai skill dan kemampuan. Mengukur reaksi karyawan yang terlibat dalam pelatihan sangat penting.
Hasil peninjauan dengan metode model evaluasi training Kirkpatrick tersebut kemudian dapat dijadikan referensi di masa mendatang. Dijadikan referensi dalam arti kata dapat menjadi acuan untuk melakukan berbagai perbaikan di sana-sini. Setiap kegiatan tentu memiliki kekurangan. Dengan mengevaluasi, hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menutup kekurangan-kekurangan tersebut.
Harapannya tentu saja agar kegiatan training di masa mendatang menjadi lebih baik. Memang membutuhkan waktu serta proses tersendiri untuk mendapatkan formula paling pas dalam memberikan berbagai materi pembelajaran. Akan tetapi, dengan adanya penilaian memakai model ciptaan Kirkpatrick tersebut, setidaknya perusahaan bisa terbantu dalam menyusun rencana pembelajaran.
Tidak hanya materi training saja, tetapi reaksi audiens juga mencakup performa instruktur, topik pembahasan, presentasi, hingga lokasi diadakannya training. Memberikan penilaian lebih luas terhadap reaksi audiens atau peserta dari segala sisi akan membuat tim lebih jeli dalam membuat pelatihan yang akan datang sehingga kegiatan tersebut bisa lebih efektif.
Level yang Kedua, Learning (Pembelajaran)
Berikutnya model evaluasi training Kirkpatrick mengevaluasi hal-hal yang para partisipan pelajari selama kegiatan berlangsung. Penting sekali melakukan pengamatan serta penilaian terhadap seberapa jauh peserta training menangkap dan juga memahami materi yang telah diberikan oleh instruktur. Bahkan peserta yang mendapatkan wawasan baru dari materi pembelajaran juga menjadi ukuran penilaian.
Sebelum mengadakan kegiatan pelatihan, sangat disarankan untuk menyusun daftar tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut kemudian dijadikan sebagai standar nilainya dan menjadi poin awal dalam memberikan penilaian. Penilaian hasil pembelajaran tidak hanya bisa diukur dari satu sisi. Tetapi mencakup banyak aspek seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, hingga perilaku serta sikapnya.
Tingkatan kedua dalam model evaluasi training Kirkpatrick ini menyarankan agar tim melakukan penilaian secara cermat. Ini berkaitan dengan efektivitas materi dan juga instruktur yang memberikan materi pembelajaran. Apabila hasil analisis dari penilaian pembelajaran tersebut tidak sesuai harapan, maka ini dapat dijadikan pelajaran agar dapat memperbaiki kegiatan pelatihan yang akan datang.
Hasil evaluasi dari training yang baru saja berjalan dapat digunakan sebagai bahan penyusunan materi pada training mendatang. Sehingga pelatihan bisa berjalan lebih efektif dan juga tepat sasaran. Salah satu cara terbaik dan strategis untuk mengevaluasi pembelajaran adalah dengan memberikan pretest (tes sebelum training) dan post test (tes sesudah pelatihan).
Level yang Ketiga, Behaviour (Perilaku)
Level ketiga dalam model evaluasi training Kirkpatrick adalah melakukan penilaian terhadap sikap serta perilaku peserta. Disini tim yang diberikan mandat penanggung jawab pelatihan harus menilai sejauh mana perkembangan sikap serta perilaku para audiens setelah mendapatkan materi pembelajaran dalam training tersebut.
Namun patut diperhatikan juga bahwa perubahan sikap maupun perilaku juga dipengaruhi oleh bagaimana kondisi lingkungan dimana peserta berada. Pada beberapa kasus ada kemungkinan perubahan perilaku maupun sikap tadi tidak terdeteksi sehingga dianggap gagal. Padahal penyebab utamanya adalah karena kedua level sebelumnya belum diaplikasikan secara tepat.
Di samping itu, dalam model evaluasi training Kirkpatrick pada level ketiga, apabila tidak terlihat perubahan sikap dan perilaku pada seseorang belum tentu training tersebut gagal. Akan tetapi terkadang terdapat penyebab lain yang memungkinkan. Misalnya, seorang karyawan baru kurang leluasa dalam mengekspresikan kemampuan dan skill yang ia peroleh.
Ini berarti tidak adanya perubahan sikap maupun perilaku disebabkan oleh tekanan dari lingkungan sekitar, bisa dari atasan maupun karyawan senior sehingga kemampuannya tidak tampak. Atau bisa juga karena tidak adanya keinginan atau niat peserta dalam menunjukkan perubahan sikap serta perilaku tersebut padahal ia mampu menyerap materi pembelajaran.
Untuk dapat melakukan evaluasi, ada baiknya tim manajemen training mencatat perilaku peserta sebelum pelatihan. Kemudian bandingkan ketika sesudah pelatihan. Dari sini dapat diketahui sejauh mana peserta/karyawan sudah berkembang. Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai langkah evaluasi di tahap behaviour misalnya kemampuan dalam negosiasi, kemampuan menjual, dan sebagainya.
Level yang Keempat, Result (Hasil)
Tingkatan teratas pada model evaluasi training Kirkpatrick yaitu mengevaluasi secara keseluruhan. Di tahap akhir ini tim evaluator dapat melakukan analisis serta pengukuran. Pengukuran pada tingkat terakhir ini menggambarkan bahwa perusahaan akan menunjukkan kinerja yang baik. Tidak hanya bagi perusahaan juga yang baik.
Tetapi bukan hanya company saja yang mendapatkan manfaat, tetapi juga pihak karyawan. Selain kelangsungan usaha dan karyawan, semua yang terlibat di aktivitas pekerjaan di perusahaan tersebut tetap mendapatkan manfaat baik. Ini merupakan level tertinggi dalam model evaluasi program training.
Maka dari itu, untuk menilainya juga diperlukan cara maupun scope lebih besar. Kegiatan evaluasi yang dilakukan misalnya mengamati sekaligus mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal peningkatan penjualan. Perubahan terhadap efisiensi kerja dalam aktivitas bisnis juga menjadi catatan penting ketika mengevaluasi di level terakhir ini.
Feedback, Pree Test dan Post Test baru pada tahap Level 1 dan Level 2.
Sedangkan Tahap *Level 3 (Behavior)* dan Level 4 (Result) , akan dilaksanakan 1 s.d 3 bulan setelah Post Test.
Salam Kompeten
LKP EMG Learning Center
NPSN : K9998821